Beranda | Artikel
Besarnya Kasih Sayang Allah (Bag. 10): Bahaya Kufur Terhadap Kasih Sayang Allah
Minggu, 15 Juni 2025

Bayangkan seseorang yang sepanjang hidupnya selalu diberi kebaikan—diberi makanan saat lapar, dilindungi saat dalam bahaya, dan disayangi tanpa syarat. Namun, orang itu justru melupakan semua kebaikan yang diterimanya, tidak pernah berterima kasih, bahkan membalasnya dengan sikap acuh. Bagaimana perasaan kita jika berada di posisi orang yang telah berbuat baik itu?

Sekarang, mari kita renungkan. Bukankah Allah telah memberi kita lebih dari apa yang bisa kita hitung? Udara untuk bernafas, tubuh yang sehat, rezeki yang cukup, keluarga yang mencintai—semua itu adalah bukti kasih sayang Allah yang tidak terhitung jumlahnya. Namun, terkadang kita lupa. Kita merasa semua itu sudah seharusnya kita miliki, tanpa menyadari bahwa itu semua adalah anugerah dari-Nya.

Lalu, bagaimana jika seseorang tidak hanya lupa bersyukur, tetapi juga mengingkari kasih sayang Allah? Apa akibatnya jika hati mulai merasa cukup tanpa-Nya, mulai meragukan rahmat-Nya, atau bahkan menggunakan nikmat-Nya untuk bermaksiat? Inilah yang disebut kufur terhadap kasih sayang Allah—dan ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya.

Allah telah melimpahkan begitu banyak kasih sayang kepada kita. Dia memberi kita kehidupan, menjaga kita dalam setiap tarikan napas, dan bahkan tetap memberikan nikmat-Nya meskipun kita sering lupa kepada-Nya. Begitu luas rahmat-Nya, hingga Rasulullah ﷺ menggambarkannya dalam sebuah hadis,

ﻟﻠﻪ ﺃﺭﺣﻢ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ

“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” [1]

Kufur nikmat menjadikan hati keras dan jauh dari Allah

Allah adalah sumber segala kebaikan, tetapi ketika seseorang mulai mengingkari nikmat-Nya, hatinya perlahan menjadi keras. Ia menjadi sulit menerima nasihat, mudah mengeluh, dan tidak merasakan ketenangan dalam hidupnya. Ketika seseorang tidak lagi menyadari besarnya nikmat Allah, hatinya akan menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Allah berfirman,

وَاِذ تَاَذَّنَ رَبُّكُم لَئن شَكَرتُم لَاَزِيدَنَّـكُم​ وَلَئن كَفَرتُم اِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ‏

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Akan tetapi, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” [2]

Kufur nikmat bukan hanya tentang tidak mengucapkan, “Alhamdulillah”; tetapi juga ketika seseorang menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat, melupakan ibadah, dan lebih mencintai dunia daripada akhirat. Hati yang tidak bersyukur akan semakin jauh dari Allah, sulit menerima nasihat, dan mudah terjerumus dalam kesalahan.

Mengingkari rahmat Allah bisa membawa keputusasaan

Salah satu bentuk kufur terhadap kasih sayang Allah adalah merasa bahwa diri ini tidak lagi layak untuk mendapat ampunan-Nya. Padahal, Allah sendiri telah menjanjikan bahwa rahmat-Nya selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin kembali. Allah sendiri telah berfirman,

قُل يٰعِبَادِىَ الَّذِينَ اَسرَفُوا عَلٰى اَنفُسِهِم لَا تَقنَطُوا مِن رَّحمَةِ اللّٰهِ​  اِنَّ اللّٰهَ يَغفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا​  اِنَّه هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ‏

“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” [3]

Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa, tetapi Allah selalu membuka pintu ampunan. Jangan pernah berpikir bahwa dosa kita terlalu besar untuk diampuni. Allah lebih luas rahmat-Nya daripada dosa-dosa hamba-Nya. Justru yang lebih berbahaya adalah jika kita merasa tidak lagi membutuhkan ampunan-Nya.

Kufur terhadap kasih sayang Allah mendatangkan azab di dunia dan akhirat

Orang yang terus mengingkari kasih sayang Allah, tidak bersyukur, dan menolak petunjuk-Nya, pada akhirnya akan menghadapi akibat yang berat. Allah memberikan banyak contoh dalam Al-Qur’an tentang kaum yang kufur terhadap nikmat-Nya, seperti kaum ‘Ad, Tsamud, dan Fir’aun. Mereka diberi banyak kenikmatan, tetapi malah sombong dan berpaling dari Allah, hingga akhirnya ditimpa azab. Allah berfirman,

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرَةً كَانَت اٰمِنَةً مُّطمَئنَّةً يَّاتِيهَا رِزقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَت بِاَنعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الجُـوعِ وَالخَـوفِ بِمَا كَانُوا يَصنَعُونَ‏

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) suatu negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu, Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.” [4]

Di akhirat, orang-orang yang kufur terhadap kasih sayang Allah akan menyesal, tetapi penyesalan itu sudah terlambat. Dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya mengenai tiga sifat pembawa celaka yang bisa mengantarkan ke jurang neraka,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

Dari Haritsah bin Wahb radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku kabarkan kepada kalian siapa penghuni surga? Merekalah orang yang lemah lagi diremehkan orang lain. Namun, jika dia bersumpah dengan menyebut nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya. Maukah aku kabarkan pada kalian siapa penghuni neraka? Merekalah orang yang kasar, tak sabaran, lagi sombong.” [5]

Azab Allah tidak selalu datang dalam bentuk bencana besar. Terkadang, Allah mencabut keberkahan dalam hidup seseorang—hatinya gelisah, keluarganya tidak harmonis, rezekinya terasa sulit, dan kebahagiaan menjauh darinya.

Kasih sayang Allah tidak terbatas. Dia terus memberi kita kesempatan untuk berubah, untuk kembali, dan untuk merasakan indahnya iman. Jika kita pernah lalai, jika kita pernah mengabaikan nikmat-Nya, jangan biarkan itu berlarut. Allah selalu membuka pintu bagi siapa saja yang ingin kembali kepada-Nya.

Penutup

Telah selesai serial “Besarnya Kasih Sayang Allah”. Semoga Allah menjadikan serial ini bermanfaat bagi para pembaca dan menjadikannya ikhlas karena Allah serta menjadi amal jariyah bagi penulis. Serial “Besarnya Kasih Sayang Allah” ini mungkin telah berakhir, tetapi kasih sayang Allah tidak akan pernah berakhir. Semoga kita termasuk hamba yang selalu bersyukur, selalu mengingat-Nya, dan selalu merasakan ketenangan dalam naungan rahmat-Nya.

Ya Allah, jangan biarkan hati kami lalai dari mengingat-Mu. Jangan biarkan kami menjadi hamba yang kufur terhadap nikmat-Mu. Bimbing kami selalu agar tetap dalam iman dan Islam hingga akhir hayat. آمين.

الحمدلله الذي بنعمته تتم الصالحات

[Selesai]

Kembali ke bagian 9 Mulai dari bagian 1

***

Serial ini diselesaikan di Jember, 3 Ramadan 1446/ 2 Maret 2025

Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan

Artikel Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

[1] HR. Bukhari dan Muslim

[2] QS. Ibrahim: 7

[3] QS. Az-Zumar: 53

[4] QS. An-Nahl: 112

[5] HR. Bukhari dan Muslim


Artikel asli: https://muslim.or.id/105295-besarnya-kasih-sayang-allah-bag-10.html